Oleh: Meidy Anhar
Dewasa ini
banyak kita temui perusahaan yang mengatasnamakan investasi jaringan (berantai)
yang memberikan keuntungan tinggi. Menghimpun Dana Dari masyarakat untuk
bergabung di dalam sistem institusi ini. Yakinkah pembaca dengan bentuk
instrumen dan hasil investasi yang diberikan mereka? Itu merupakan Hak pembaca
untuk menilainya. Cuma kita perlu belajar dari pengalaman. Di Jambi,
tentu pembaca ingat dengan Indonex Consulting. Perusahaan investasi yang dimiliki pengusaha lokal. Karena
kemajuan bisnisnya yang pesat, Indonex mengantarkan Sang owner menjadi
pengusaha yang cukup dikenal di tingkat nasional. Selang beberapa tahun
Indonex Consulting bubar Dan sekitar Rp. 600 miliar lebih uang para partisipan
di dalam sistem ini tidal dapat dilacak. Akibatnya, sang owner
dijerumuskan ke dalam tahanan selang beberapa waktu kemudian.
Dari pengalaman kita ini, saya ingin membahas model skema bisnis ini, karena
saya menemukan metode bisnis yang serupa dan merupakan sejarah awal lahirnya
bisnis dengan skema ini di Amerika Serikat pada tahun 1920an. skema ini
dinamakan skema Ponzi. Apakah Indonex juga menerapkan pola bisnis yang sama?
Saya tidak tahu Persis. Yang jelas tujuan saya menulis artikel ini bukan untuk
membahas perusahaan ini, melainkan saya akan memaparkan tentang metode yang
digunakan, agar kita dapat berfikir lebih rasional dan lebih bijaksana dalam
menyikapinya.
Artikel ini saya tulis tanpa sengaja setelah membaca sebuah buku yang berjudul "Ponzi Dan skema Bisnis investasi Serta
instrumennya." Selain itu saya juga membaca beberapa literatur
mengenai bisnis investasi model jaringan Serta situs blog yang terkait sehingga
menjadi referensi saya dalam menulis artikel ini.
Di sini saya tidak terlalu mengupas dalam profile Ponzi, tetapi lebih
mendalam membahas sistem Dan
instrumen investasinya.
Metode Ponzi diambil Dari nama Madoff Ponzi, seorang Berkewarganegaraan Italia,
yang berimigrasi ke New York. Di New York ia mendapat banyak masalah dan
sering berhubungan dengan hukum. Akhirnya is memutuskan untuk pindah me Boston.
Di wilayah Boston Ponzi mengembangkan bisnis investasinya dengan perangko
postal sebagai instrumen bisnisnya. Dengan hanya berpresentasi kepada
client-clientnya dan menjanjikan keuntungan 100% dalam waktu beberapa bulan
Ponzi berhasil melirik minat para investor untuk bergabung ke dalam sistem
bisnis postalnya.
Dalam waktu 8 bulan, Ponzi berhasil mengumpulkan $ 9 juta. Dia membayar komisi agennya 10% Dan 50% bunga pinjaman kepada investor. Jadi Ponzi harus
mengeluarkan 60% atau setara dengan $ 14 juta.
Tetapi metode finansial Ponzi ini tidal berdadarkan keuntungan riil dalam
berbisnis. Dia menggunakan uang investor baru untuk membayar kewajiban kepada
investor lamanya yang jatuh tempo. Walaupun penuh dengan uang tunai, Ponzi
tidal menghasilkan uang berapapun. Semakin besar bisnisnya semakin besar pula
masalahnya, karena uang yang dipegang Ponzi bukanlah uang hasil investasinya,
melainkan uang hasil modus kamuflase sistemnya. Di tangan Public
Relation nya lah terungkap bahwa bisnis Ponzi merupakan sebuah penipuan.
Dari latar sejarah di atas dapat kita lihat skema Ponzi bisa terjadi ketika:
1. Perancang program menggunakan uang dari investor sendiri untuk
membayar bunga investasi sambil meyakinkan mereka untuk tetap mempertahankan
investasi mereka.
2. Perancang program mencari investor baru Dan menggunakan uang mereka untuk
membayar investor lama.
Di era modern ini skema Ponzi dikemas dalam berbagai model Bisnis yang
menarik diantaranya "Piramid game." Di dalam permainan
piramida, para peserta mula-mula harus membayar sejumlah biaya tertentu untuk
bisa bergabung dalam sistem bisnis, untuk mencari rekrutan dan mendapat komisi Dari perusahaan. Program artisan berantai merupakan salah satu implementasi
dari skema piramida. Saya gambarkan dengan contoh.
Sebuah PT yang kita namakan PT Y menawarkan peluang bisnis investasi sebagai
berikut:
Pembaca diminta membayar Rp. 80.000 untuk bergabung ke dalam sistem PT
tersebut. Rp.30.000 kita sebut saja joining fee, sisa Rp. 50.000 dibayar kepada
lima orang yang merupakan up line Anda. Masing-masing upline mendapatkan Rp.
10.000. Dengan demikian Anda resmi terdaftar menjadi anggota perusahaan
tersebut, dan mulai mencari partisipan baru. Partisipan baru juga akan menyetor
Rp. 80.000 dan Anda mendapat Rp. 10.000.
Katakanlah 1 upline boleh merekrut maksimal 5 orang dalam 1 level. Karena total
ada 5 upline. yang akan mendapat bayaran, berarti total pembayaran adalah
sebesar 5 level. Secara matematis total pembayaran upline per level dapat kita
lihat:
Level 1: 5 partisipan: bonus Rp. 50.000
Level 2: 25 partisipan: bonus Rp. 250.000
Level 3: 125 partisipan: bonus Rp. 1.250.000
Level 4: 625 partisipan: bonus Rp. 6.250.000
Level 5: 3125 partisipan: bonus Rp. 31.250.000
Jadi total bonus komulatif matematis yaitu: Rp. 39.050.000.
Jika dilihat bisnis ini dinilai"masuk akal" Dan sangat
bonafit tentunya bagi kebanyakan orang. Dapat dibayangkan seorang partisipan
dengan investasi awal sebesar Rp. 80.000 bisa memperoleh Rp. 39 juta lebih atau
setara dengan 52.000%. Jika dibandingkan bisnis, deposito jangka pendek,
ataupun reksa dana mana yang bisa mengalahkan angka ini.
Permainan piramida pada akhirnya akan berkembang layaknya skema Ponzi untuk
bisa bertahan lebih lama. Sistem ini mengharuskan kegiatan ekspansi ke wilayah
geografis Lain untuk mencari sumber dana untuk membayar para partisipan
sebelumnya.
Karena keterbatasan populasi dan reputasi piramida yang buruk sistem piramida
biasanya tidak bisa berjalan dalam waktu yang lama. Para partisipan yang
bergabung belakangan akan kehilangan uang mereka. Dari penjabaran ini saya
teringat dengan JM Gold, perusahaan investasi dengan motif Perak yang
diportofoliokan. Akhirnya perusahaan tersebut hilang. Apakah Indonex Consulting
juga menerapkan model ini dalam kegiatan bisnisnya? Saya tidak tahu persis,
karena saya tidak mempunyai data tentang perusahaan ini. Tetapi rasio
persentase penerpan skema Ponzi di dalam Bisnis ini jauh lebih besar. Hal
ini dikarenakan antara Hasil investasi dengan jangka waktu yang dijanjikan
tidak seimbang.
Oleh karena itu, kita mesti bersikap bijak apabila pembaca mendapat tawaran
Dari bisnis yang menerapkan model jaringan ini. Sekian informasi Dari saya.
Sampai berjumpa dalam artikel saya selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar