Minggu, 30 Agustus 2015

SKEMA PONZI, DAN PRAKTIKNYA


Oleh: Meidy Anhar

 Dewasa ini banyak kita temui perusahaan yang mengatasnamakan investasi jaringan (berantai) yang memberikan keuntungan tinggi. Menghimpun Dana Dari masyarakat untuk bergabung di  dalam sistem institusi ini. Yakinkah pembaca dengan bentuk instrumen dan hasil investasi yang diberikan mereka? Itu merupakan Hak pembaca untuk menilainya. Cuma kita perlu belajar dari pengalaman. Di  Jambi, tentu pembaca ingat dengan Indonex Consulting. Perusahaan investasi yang dimiliki pengusaha lokal. Karena kemajuan bisnisnya  yang pesat, Indonex mengantarkan Sang owner menjadi pengusaha yang cukup dikenal di  tingkat nasional. Selang beberapa tahun Indonex Consulting bubar Dan sekitar Rp. 600 miliar lebih uang para partisipan di  dalam sistem ini tidal dapat dilacak. Akibatnya, sang owner dijerumuskan ke dalam tahanan selang beberapa waktu kemudian.

Dari pengalaman kita ini, saya ingin membahas model skema bisnis ini, karena saya menemukan metode bisnis yang serupa dan merupakan sejarah awal lahirnya bisnis dengan skema ini di  Amerika Serikat pada tahun 1920an. skema ini dinamakan skema Ponzi. Apakah Indonex juga menerapkan pola bisnis yang sama? Saya tidak tahu Persis. Yang jelas tujuan saya menulis artikel ini bukan untuk membahas perusahaan ini, melainkan saya akan memaparkan tentang metode yang digunakan, agar kita dapat berfikir lebih rasional dan lebih bijaksana dalam menyikapinya.

Artikel ini saya tulis tanpa sengaja setelah membaca sebuah buku yang berjudul "Ponzi Dan skema Bisnis investasi Serta instrumennya." Selain itu saya juga membaca beberapa literatur mengenai bisnis investasi model jaringan Serta situs blog yang terkait sehingga menjadi referensi saya dalam menulis artikel ini.
Di  sini saya tidak terlalu mengupas dalam profile Ponzi, tetapi lebih mendalam membahas sistem Dan
instrumen investasinya.
Metode Ponzi diambil Dari nama Madoff Ponzi, seorang Berkewarganegaraan Italia, yang berimigrasi ke New York. Di  New York ia mendapat banyak masalah dan sering berhubungan dengan hukum. Akhirnya is memutuskan untuk pindah me Boston.
Di  wilayah Boston Ponzi mengembangkan bisnis investasinya dengan perangko postal sebagai instrumen bisnisnya. Dengan hanya berpresentasi kepada client-clientnya dan menjanjikan keuntungan 100% dalam waktu beberapa bulan Ponzi berhasil melirik minat para investor untuk bergabung ke dalam sistem bisnis postalnya.
Dalam waktu 8 bulan, Ponzi berhasil mengumpulkan $ 9 juta. Dia membayar komisi agennya 10% Dan 50% bunga pinjaman kepada investor. Jadi Ponzi harus mengeluarkan 60% atau setara dengan $  14 juta.
Tetapi metode finansial Ponzi ini tidal berdadarkan keuntungan riil dalam berbisnis. Dia menggunakan uang investor baru untuk membayar kewajiban kepada investor lamanya yang jatuh tempo. Walaupun penuh dengan uang tunai, Ponzi tidal menghasilkan uang berapapun. Semakin besar bisnisnya semakin besar pula masalahnya, karena uang yang dipegang Ponzi bukanlah uang hasil investasinya, melainkan uang hasil modus kamuflase sistemnya. Di  tangan Public Relation nya lah terungkap bahwa bisnis Ponzi merupakan sebuah penipuan.
Dari latar sejarah di atas dapat kita lihat skema Ponzi bisa terjadi ketika:
1. Perancang program menggunakan uang dari investor sendiri untuk membayar bunga investasi          sambil meyakinkan mereka untuk tetap mempertahankan investasi mereka.
2. Perancang program mencari investor baru Dan menggunakan uang mereka untuk membayar investor lama.
Di era modern ini skema Ponzi dikemas dalam berbagai model Bisnis yang menarik diantaranya "Piramid game." Di  dalam permainan piramida, para peserta mula-mula harus membayar sejumlah biaya tertentu untuk bisa bergabung dalam sistem bisnis, untuk mencari rekrutan dan mendapat komisi Dari perusahaan. Program artisan berantai merupakan salah satu implementasi dari skema piramida. Saya gambarkan dengan contoh.
Sebuah PT yang kita namakan PT Y menawarkan peluang bisnis investasi sebagai berikut:
Pembaca diminta membayar Rp. 80.000 untuk bergabung ke dalam sistem PT tersebut. Rp.30.000 kita sebut saja joining fee, sisa Rp. 50.000 dibayar kepada lima orang yang merupakan up line Anda. Masing-masing upline mendapatkan Rp. 10.000. Dengan demikian Anda resmi terdaftar menjadi anggota perusahaan tersebut, dan mulai mencari partisipan baru. Partisipan baru juga akan menyetor Rp. 80.000 dan Anda mendapat Rp. 10.000.
Katakanlah 1 upline boleh merekrut maksimal 5 orang dalam 1 level. Karena total ada 5 upline. yang akan mendapat bayaran, berarti total pembayaran adalah sebesar 5 level. Secara matematis total pembayaran upline per level dapat kita lihat:
Level 1: 5 partisipan: bonus Rp. 50.000
Level 2: 25 partisipan: bonus Rp. 250.000
Level 3: 125 partisipan: bonus Rp. 1.250.000
Level 4: 625 partisipan: bonus Rp. 6.250.000
Level 5: 3125 partisipan: bonus Rp. 31.250.000
Jadi total bonus komulatif matematis yaitu: Rp. 39.050.000.
Jika dilihat bisnis ini dinilai"masuk akal" Dan sangat
bonafit tentunya bagi kebanyakan orang. Dapat dibayangkan seorang partisipan dengan investasi awal sebesar Rp. 80.000 bisa memperoleh Rp. 39 juta lebih atau setara dengan 52.000%. Jika dibandingkan bisnis, deposito jangka pendek, ataupun reksa dana mana yang bisa mengalahkan angka ini.
Permainan piramida pada akhirnya akan berkembang layaknya skema Ponzi untuk bisa bertahan lebih lama. Sistem ini mengharuskan kegiatan ekspansi ke wilayah geografis Lain untuk mencari sumber dana untuk membayar para partisipan sebelumnya.
Karena keterbatasan populasi dan reputasi piramida yang buruk sistem piramida biasanya tidak bisa berjalan dalam waktu yang lama. Para partisipan yang bergabung belakangan akan kehilangan uang mereka. Dari penjabaran ini saya teringat dengan JM Gold, perusahaan investasi dengan motif Perak yang diportofoliokan. Akhirnya perusahaan tersebut hilang. Apakah Indonex Consulting juga menerapkan model ini dalam kegiatan bisnisnya? Saya tidak tahu persis, karena saya tidak mempunyai data tentang perusahaan ini. Tetapi rasio persentase penerpan skema Ponzi di  dalam Bisnis ini jauh lebih besar. Hal ini dikarenakan antara Hasil investasi dengan jangka waktu yang dijanjikan tidak seimbang.
Oleh karena itu, kita mesti bersikap bijak apabila pembaca mendapat tawaran Dari bisnis yang menerapkan model jaringan ini. Sekian informasi Dari saya. Sampai berjumpa dalam artikel saya selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar